suatu kali kau bernyanyi tentang lagu selamat jalan
lalu aku bertanya, apakah rindu itu seperti perahu
bersipacu membunuh waktu atau tertambat sekujur waktu?
lalu kau menangis di bahuku sambil berbisik:
“aku hanya ingin menjadi kuda laut di hidup dan matimu”
kita memang dua aras pada penghujung tiaptiap musim
seperti barat dan timur yang mencipta angin muson
bagi para nelayan dan bajak laut mengendarai angin
menembus jarak menebus harap.berharap dekap
lalu di dipan kau rebahkan gelagat paling hasrat
“aku padamu tiada lagi berpaling alamat” desahmu melambat
suatu kali kau pernah bertanya padaku tentang makna pelayaran
lalu kunyanyikan sebuah lagu tentang lelaki dan rindu pada perempuan
tentang bulan yang merapuh di ujung malam dan lelaki di ujung tualang
adakah kesempatan buat kita untuk saling menitip salam dan selamat datang?
pada ketika itu. kita tahu anak ikan di keramba rahimmu menunggu waktu
meminta nama dari lelaki yang menanam benih sembilan bulan berlalu
selalu ada jalan untuk pulang demi cinta yang alang kepalang.sayangku
seperti rindu pada puisi terakhir yang kukirim sebulan lalu
teruslah begitu dengan cinta yang sama kita tahu sebab aku lelakimu
pantang berpulang kalau tidak ke dalam pelukan. rinduku menderu
DINO UMAHUK
Ternate, 13 April 2014
0 komentar:
Post a Comment