- Mei Shin
Adalah seorang pendekar wanita berkebangsaan Mongolia. Bersama
suaminya Lou Shi San, Mei Shin berlayar ke tanah Jawa sambil membawa
Pedang Nagapuspa ciptaan Empu Ranubaya. Namun di Tanah Jawa Mei Shin dan
suaminya malah dikejar-kejar oleh Para prajurit kediri yang dipimpin
oleh Empu Bajil dan Dewi Sambi. Mpu Bajil sangat menginginkan Pedang
Nagapuspa. Oleh karena itu dia terus memburu Mei Shin dan Lou Shi San.
Lou Shi San akhirnya tewas setelah beberapa lama hidup dalam
pesakitan karena terkena Aji Segara Geni milik Mpu Tong Bajil. Mei Shin
yang sebatang kara kemudian di tolong oleh Arya Kamandanu. Dalam
kebersamaannya, kemudian tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya,
namun lagi-lagi Arya Dwipangga merusak hubungan mereka. Mei Shin
dihamili Dwipangga dengan cara yang licik. Namun Akhirnya Kamandanu
tetap bertanggung jawab dan bersedia mengambil wanita cantik dari Cina
itu sebagai istrinya.
- Sakawuni
Adalah seorang gadis yang hidupnya ugal-ugalan. Dia adalah cucu Ki
Sugata Brahma, Pendekar Lengan Seribu. Untuk melampiaskan dendamnya pada
orang-orang Singasari, Sakawuni bergabung dengan orang-orang Kediri.
Namun sebenarnya Sakawuni adalah seorang gadis berjiwa pendekar. Dia
beberapa kali menolong Mei Shin, Lou Shi San, dan Kamandanu dari
gangguan para prajurit kediri secara sembunyi-sembunyi. Dalam sebuah
pertarungan melawan Mpu Bajil dan kawan-kawannya Kamandanu terluka
parah. dia diselamatkan oleh Sakawuni dan dibawa ke rumah kakeknya. Ki
Sugata Brahma mengatakan Bahwa luka Kamandanu bisa disembuhkan dengan
Bunga Tunjung Biru. Untunglah Sakawuni bertemu dengan Kaki Tamparoang.
Atas petunjuk Kaki Tamparoang Sakawuni membawa Kamandanu ke bukit
Panampihan untuk meminta Bunga Tunjung Biru pada pemiliknya yaitu Dewi
Tunjung Biru.
Ternyata Dewi Tunjung Biru adalah ibu kandung sakawuni yang sudah
lama menghilang. Sakawuni senang bisa bertmu dengan ibu kandungnya dan
luka-luka Kamandanu bisa disembuhkan.
Sakawuni pergi ke Majapahit untuk membunuh Banyak Kapuk, perwira
Singasari yang telah meninggalkan ibunya. Hampir saja Banyak Kapuk
terbunuh, namun akhirnya Sakawuni sadar dan mau memaafkan ayahnya itu.
Dia akhirnya bersedia mengabdi pada Majapahit.
Bersama Arya Kamandanu Sakawuni menjalankan tugas sebagai prajurit
Majapahit, termasuk di antaranya adalah menumpas gerombolan perampok
yang dipimpin Empu Bajil. Setelah Gerombolan itu dihancurkan, Sakawuni
dan Arya Kamandanu menikah.
Sayang, Sakawuni meninggal setelah melahirkan akibat mengalami
pendarahan hebat. Sepeninggal Sakawuni Arya Kamandanu mengundurkan diri
dari keprajuritan dan kembali menyepi di lereng Gunung Arjuno bersama
anaknya.
Adalah pendekar sakti, namun kejam. Pendekar cebol dari Lereng
Tengger ini memiliki senjata andalan yaitu tongkat Pencabut Roh dan ilmu
pukulan maut yang bernama Aji Segara Geni. Empu Bajil adalah pemimpin
kelompok pendekar yang membantu Pemerintah Kediri. Dalam sebuah
pertarungan melawan Arya Kamandanu, Tongkat Pencabut Roh patah menjadi
dua. Empu Bajil sangat marah. Dia lalu memperdalam Aji Segara Geni di
Lereng Tengger. Setelah beberapa bulan lamanya Empu Bajil berhasil
memperdalam Aji Segara Geni. Dia kembali turun Gunung. Kembali Empu
Bajil bertarung melawan Arya Kamandanu. Mereka bertarung di Lembah
Kardama. Dalam pertarungan itu Arya Kamandanu kalah dan Pedang Nagapuspa
dapat direbut.
Dengan Pedang Nagapuspa di tangannya Empu Bajil menjadi semakin kuat.
Dia dan kelompok perampoknya membuat kekacauan di mana-mana, bahkan kan
dia berani membuat kekacauan di Majapahit. Namun Empu Bajil tidak lama
memiliki Pedang Nagapuspa. Dengan kekuatan ghaib Nagapuspa Kresna dan
Keris Empu Gandring, akhirnya Arya Kamandanu berhasil merebut kembali
Pedang Nagapuspa. Dan Mpu Tong Bajil pun tewas setelah dadanya terhunjam
Keris Empu Gandring.
Adalah seorang pendekar wanita yang cantik, namun berwajah dingin dan
kejam. Dia adalah kekasih Empu Bajil. Dia sangat mencintai Empu Bajil.
Dia rela meninggalkan gurunya di Gunung Kawi hanya demi cintanya pada
Empu Bajil. Dari hubungannya dengan Empu Bajil, Dewi Sambi mengandung
dan memiliki seorang bayi laki-laki yang bernama Layang Samba. Namun
Layang Samba dipelihara oleh Dewi Upas, guru Dewi Sambi yang memiliki
kesaktian luar biasa. Diantaranya dia menguasai ilmu ular. Dewi Upas
bisa memanggil ribuan ular dan memerintahkan mereka melakukan sesuatu.
Dewi Sambi sangat berduka atas kematian Empu Bajil. Dia berusaha
membalaskan dendam kematian Empu Bajil kepada Arya Kamandanu. Dia
mengirimkan jasad Mpu Bajil yang disertai surat palsu yang berisi
tantangan Arya Kamandanu ke Padepokan Tengger. Maksudnya supaya Wong
Agung marah pada Arya Kamandanu. Akan tetapi Wong Agung tidak
terpancing, karena dia tahu kalau Empu Bajil adalah seorang jahat.
Kemudian Dewi Sambi bersekutu dengan Arya Dwipangga alias Pendekar Syair
Berdarah. Bersama-sama mereka melawan Arya Kamandanu. Namun lagi-lagi
usahanya tidak berhasil.
Dewi Sambi bertemu kembali dengan Mei Shin. Saat itu Mei Shin sedang
dalam perjalanan ke Majapahit untuk mengobati Sang Prabu Kertarajasa
Jayawardana. Dewi Sambi tidak menyangka kalau Mei Shin masih hidup. Dewi
Sambi kemudian bertarung melawan Mei Shin. Dia ingin membunuh Mei Shin
karena Mei Shin dianggap mempunyai hubungan dengan Arya Kamandanu. Namun
Dewi Sambi selalu gagal menyarangkan Pukulan Tapakwisanya ketubuh Mei
Shin. Setiap kali Aji Tapakwisa akan mengenai dirinya Mei Shin selalu
bisa menghindar. Akhirnya Dewi Sambi menggunakan tipu muslihat. Dia
berpura-pura minta maaf pada Mei Shin. Ketika Mei Shin sedang lengah,
Dewi Sambi membokongnya. Tapi lagi-lagi Dewi Sambi tidak berhasil. Aji
Tapakwisa malah membalik pada dirinya, sehingga Dewi Sambi tewas dengan
tubuh terpancang di tonggak kayu. Itu adalah akibat kutukan Resi
Wisambudi seorang pertapa yang dibunuhnya bersama Arya Dwipangga.
Adalah seorang pendekar yang tidak banyak bicara. Dia tidak kalah
sakti dengan Empu Bajil dan Dewi Sambi. Pendekar dari Gunung Petiri ini
mempunyai sebilah pedang ampuh berwarna kuning, sehingga disebut Pedang
Kuning. Dengan Pedang Kuning ini Empu Renteng bisa membunuh lawannya
dalam waktu beberapa detik. Selain itu dia juga memiliki ilmu kebal yang
bernama Blabak Pengantolan. Tak ada senjata yang bisa menembus
kulitnya, termasuk senjata pusaka. Ketika terjadi peperangan antara
Majapahit melawan Kediri Empu Renteng bertarung melawan Ranggalawe. Empu
Renteng mati-matian melawan Ranggalawe. Ternyata Ilmu Blabak
Pengantolan tidak mampu menahan tajamnya Keris Megalamat Ranggalawe,
sehingga Empu Renteng terluka parah. Empu Renteng akhirnya berpisah
dengan Empu Bajil.Dia bermaksud mencari seorang tabib untuk menyembuhkan
luka-lukanya. Namun dia malah bertemu dengan musuh lamanya, yaitu
Watukura.
Watukura ingin menguji sejauh mana kemampuan Arya Dwipangga yang
sudah menguasai Jurus Kidung Pamungkas. Dia menyuruh Arya Dwipangga
untuk bertarung melawan Empu Renteng. Tentu saja Empu Renteng yang
sedang terluka itu tidak mampu melawan Arya Dwipangga. Akhirnya dia
tewas terkena Aji Kidung Pamungkas. Namun pada sisa-sisa kekuatannya
Empu Renteng melemparkan Pedang Kuningnya kepada Watukura, sehingga
Watukura pun tewas.
Keduanya sebenarnya saling mencintai sejak mereka masih sama-sama
muda. Namun keduanya tidak mau mengungkapkan cintanya, sehingga sampai
hari tua mereka tidak bisa hidup bersama. Keduanya selalu bertarung dan
saling ejek setiap bertemu. Nini Ragarunting sering menyebut Kaki
Tamparoang dengan sebutan ”sapi ompong”. Dan Kaki Tamparoang menyebut
Nini Ragarunting dengan sebutan ”kambingpeot”. Namun keduanya juga
saling tolong-menolong jika keadaan sedang genting.
Kaki Tamparoang tewas ketika membantu kemenakannya Gajahbiru yang
memberontak terhadap Majapahit. Kematian Kaki Tamparoang sangat tragis.
Seluruh tubuhnya tertembus anak panah sampai ke mulutnya. Nini
Ragarunting sangat bersedih atas kematian Kaki Tamparoang. Dicabutinya
anak-anak panah yang menancap di tubuh Kaki Tamparoang. Kemudian
dikuburkannya mayat Kaki Tamparoang.
Sampai akhir hayatnya Nini Ragarunting hidup bersama-sama Ayu
Wandira, walaupun beberapa kali sempat terpisah. Bagi Nini Ragarunting
Ayu Wandira sudah dianggap sebagai cucunya sendiri.
0 komentar:
Post a Comment