suatu senja di akhir musim semi
mengenang saat pertama di Utrech
dari pelarian berpuluh tahun lalu
nenekku berkata: “nyong ee, seng apa-apa.
katong akang bae-bae saja.”
kakekku terduduk di sudut stasiun dalam kepanikan
setelah pembajakan kereta api yang naas
rindu pada tanah kelahiran dan cita-cita
pada sebuah negara yang gagal mewujud
“kami lari ke Belanda agar generasi Maluku tak punah”,
ujarnya pelan seakan memutus harap
udara musim semi menghembuskan
aroma popeda dan kuah ikan ke wajahku
yang mulai berguguran sepi
di Utrech senja itu, aku melihat
bunga-bunga tulip yang bermekaran
menjelma kembang kubur dari mimpi lama
yang tak mungkin tergali dari jasad para tetua
dari cita-cita yang terlunta
aku rindu pulang. rindu sekali padamu nona
di Utrech senja itu, daun-daun bertumbuhan
bunga-bunga bermekaran seakan mengabarkan harap
tentang perjumpaan dan kemerdekaan yang menguap
seiring angin yang terus bergerak
DINO UMAHUK
Ternate, 19 Maret 2014
0 komentar:
Post a Comment