LAUT YANG TENANG TAK AKAN MENGHASILKAN PELAUT YANG TANGGUH

Tuesday, January 14, 2014

KALA

Review 'Kala' (2007): Cerminan Sejarah dan Masa Depan     

source : lauradamerosa



Kala, Film Noir, yang dianggap sebagai sebuah loncatan dalam dunia perfilman Indonesia ini, memakai setting tahun 50-an di suatu Negara antah berantah. Kala menceritakan tentang bagaimana kehidupan pada zaman tersebut di Negara itu, mulai dari konflik, politik, budaya, nilai, dan norma yang dianut oleh masyarakatnya.
Dari film tersebut, digambarkan pula rendahnya sisi kemanusiaan seseorang terhadap orang lain pada masanya. Hal itu digambarkan dengan adegan seorang wanita yang berdiri di tengah jalan langsung tertabrak dengan mudahnya oleh mobil-mobil yang lewat atau lima orang maling yang tertangkap dibakar massa. Ini merupakan cerminan realitas masyarakat yang seringkali main hakim sendiri. Meski Joko Anwar tidak menyebutkan Negara tersebut adalah Indonesia, sulit untuk tidak berpikir demikian, melihat banyak hal-hal yang menjadi cerminan kehidupan bermasyarakat di sini. Tentu saja cerminan tersebut tidak diolah mentah-mentah, melainkan dibumbui ide dan gagasan baru.
Eros (Ario Bayu) dan Hendro (August Melasz) menjadi polisi yang menyelidiki kasus pembakaran lima maling tersebut. Sedangkan Janus (Fachri Albar), seorang jurnalis, menjadi saksi mata wanita yang tertabrak tadi akibat bunuh diri karena suaminya menjadi salah satu korban pembakaran itu. Di tengah semakin carut-marutnya kehidupan di Negara tersebut, Eros mengobrol dengan Hendro soal hal itu, lalu Hendro berkata bahwa suatu hari nanti akan datang Ratu Adil yang membawa Negara itu pada kemakmuran. Di samping itu, Janus, setelah melihat kejadian wanita tertabrak tadi, mulai diikuti oleh semacam setan.
Kemunculan setan, ―yang sebenarnya bukan setan, karena ini memang bukan film setan-setanan, bernama Pindoro (Jose Rizal Manua) merupakan bumbu dari realitas yang telah digambarkan. Hemat cerita, Pindoro adalah penjaga harta yang disimpan oleh presiden pertama yang sebenarnya kepunyaan raja-raja Nusantara, bertujuan untuk diwariskan ke generasi berikutnya sebagai modal pembentukan Negara kesatuan. Namun, banyak yang ingin mengambil harta tersebut. Kalau dihubungkan dengan keadaan sekarang, ini digambarkan dengan pejabat yang 'makan' uang rakyat.
Yang harus diingat adalah Pindoro merupakan mahkluk gaib yang tidak bisa menjangkau kehidupan manusia dan membunuh orang-orang yang berusaha mengambil harta. Maka tersebutlah Ronggoweni (Sujiwo Tejo) yang membantu Pindoro. Setelah wafat, ia digantikan oleh Ranti (Fahrani), keturunannya.
Sampai suatu hari beberapa orang bekerja sama ingin meraup harta tersebut. Janus ditangkap untuk membeberkan di mana letak harta tersebut karena Janus memang mengetahuinya. Sedangkan Eros tengah membuntuti salah satu dari mereka. Ketika sampai di tempat persembunyian harta, Ranti pun membunuh orang-orang itu, tetapi tidak dengan Janus dan Eros.
Alasannya terdapat pada ramalan Jayabaya yang pernah dibacakan Hendro, "Saat negara baru (republik) berusia setengah abad, perebutan harta karun akan semakin hebat. Satu (manusia) akan menjadi pemegang rahasia tersebut yang bisa dipercaya, dia akan dikenal sebagai Sang Penidur. Pada saatnya, sang penidur akan menyampaikan rahasia harta kepada sang ratu adil. Pemimpin yang akan membawa bangsa ke pintu kemakmuran. Di sebelah bukit ketiganya akan bertemu. Tapi pertemuannya (ketiganya) adalah sebuah perjuangan yang berat. Karena sejak saat itu kejahatan juga akan bersatu untuk membuat mereka gagal. Perang, penyakit, bencana akan datang silih berganti menguji perjuangan mereka."
Ya, Janus adalah Sang Penidur dan Eros adalah Ratu Adil. Eros yang digambarkan sebagai seorang gay menunjukan bahwa Ratu Adil bukanlah tentang gender, karena seringkali seorang gay tidak dianggap keberadaannya. Tetapi dalam film ini, ia dapat menjadi seseorang yang nantinya membawa suatu Negara pada kemakmuran.
Sedangkan, Janus, seorang wartawan, menjadi Sang Penidur, karena nantinya di dunia ini akan banyak fakta yang diketahui oleh wartawan sebagai perpanjangan tangan informasi Negara. Pemegang rahasia Negara ini harusnya dapat dipercaya.
Yang membuat bingung justru kehadiran Pindoro. Ternyata setelah saya renungkan kembali, Pindoro menjadi cerminan bahwa kehidupan ini dipenuhi hal mistis yang tidak logis. Film ini meramu sejarah dan masa depan dalam satu cerita. Bahwasanya, kenyataan seringkali terangkat dari fantasi yang pernah ada.
Keterangan:
Film Noir: Istilah sinematik yang mengambil gambar ala film Holywood, seperti dalam drama kriminal di Holywood. Berasal dari bahasa Prancis yang artinya "film kelam".










    

0 komentar:

Bale Ka Atas

 
abis baca komentar sadiki jua | biar katong baku kanal | salam hangat | par dong samua