Dan kami menulis puisi dari pinggir-pinggir laut
Dari batas ombak dan pantai-pantai sunyi
Maka terlahirlah narasi tanah asal mendendangkan hari
Bahasa perlawanan bagi pusat segala kuasa juga suasa
Dan kami menitiskan tanda d jalan sejarah
Tentang perlawanan kepada penjajah
Tentang kepahlawanan dan pengkhianatan
Tak luput Jakarta selalu aniaya, juga para pujangga
Dan kami merangkai bahasa sebagai tanda merdeka
Demi kisah masa lampau yang mengharum seperti pala
Seperti cengkeh seperti gaharu seperti lada dan kayu manis
Koran-koran Jakarta,kami tak butuh itu sejak lama
Puisi kami abadi di pasir pantai mengalun bersama ombak.
Dan kami tak menulis puisi demi sepiring nasi melainkan hati
Dari Morotai sampai Sula, kata-kata adalah bunga
Para jujaro senandungkan cinta tentang perempuan bermata purnama
Dan tak butuh dana untuk lembaga, puisi kami bersemayam di batu
Tentang Jakarta biarkan saja seperti itu sudah dari dahulu
Tempat berawal orang-orang yang kalah yang tak berani baku adu
Seperti Jan Pieterson Coen yang lari ke situ demi menghindar amarah Nuku
Puisi kami bersarang di laut memotong penjajah dari waktu ke waktu
Narasi tanah asal tempat bersarang para pemburu
Sejak Nuku sudah begitu, menolak tunduk kepada baharu
Puisi ini juga begitu
Tak gentar maju seperti derap pasukan alifuru
Begitu ikrar disumpahkan dulu dari Halmahera sampai ke buru.
Dino Umahuk
Ternate,22 oktober 2009
Riwayat Laut
0 komentar:
Post a Comment