AssalamualaikumWr.Wb
sedikit mengenang tentang sepetak pulau yang sangat berjasa telah mau menerima saya lahir kedunia, sepetak pulau yang sudah membesarkan ibu saya, dan sepetak pulau yang juga telah memberi saya banyak ilmu dengan segenap ketulusan nya.
Teringat masa kecil di desaku. Desa Iha Ulupia namanya. Sebuah desa yang begitu sederhana di Nusa Ina. Desaku terletak di bagian Barat agak ke selatan Pulau Seram, berseblahan dengan Desa Luhu hingga orang lebih mengenalnya dengan sebutan IHA LUHU, hamparan laut yang begitu luas membentang di hadapannya membuat desaku tak lekang oleh Tiupan Angin dari Tenggara, Timur dan Barat di segala musim, karenanya para lelaki hebat di desaku adalah pelaut pelaut tangguh.
Walaupun pengaruh
gaul kota dan moderenisasi sudah sampai di desaku, namun desaku adalah salah
satu yang masih menjalankan hukum cambuk seperti di Aceh, nah !! bisa di
bayangkan kan?? Bagaimana kami menjaga dan melstarikan Adat dan Budaya warisan
Leluhur kami.
Bebarapa bulan yang
lalu desaku menjadi trending topic media catak dan elektronik di Maluku karena
konflik dengan desa Tetangga, dimana media media di Maluku meyebutkan bahwa
desaku Adalah Biang konflik, desaku yang menyerang duluan, orang orang di
desaku sadis dan lain lain. Sungguh sesuatu yang tak sesuai dengan kenyataan,
para lelaki hebat dan pemuda pemuda perkasa di desaku hanyalah menjalankan
kewajiban mempertahankan satu jengkal tanah dan Harga diri serta kehormatan
kami, bagi kami Parang tidak hanya dapat
diartikan secara sempit sebagai simbol dari kekerasan, dimana apapun yang
terjadi Parang akan berbicara, akan
tetapi ini adalah simbol untuk untuk menaklukkan dunia bagi kami, parang
menjadi senjata untuk menaklukkan ganasnya Ewang-ewang di belantara Nusa Ina,
dengan parang kami jaga dan kami pelihara setiap benih cengkeh, pala dan sagu
demi kemakmuran kami.
Desa Iha Ulupia menyimpan banyak sweet memory tentang aku, mimpiku juga
sahabat-sahabat kecilku. Di sana dulu ada kebun kakeku di ja’ala. Di kebun itu
aku suka main kejar-kejaran, perang-perangan, dan menikmati masa kecil bersama
kawan-kawan. Selain itu bermain kelereng, gasing dan bola di bawah pohon Asam
di samping pemandian Umum dekat pantai adalah hal yang masih ada dan di mainkan
oleh adik adikku sekarang, Sepulang sekolah dulu aku juga punya jadwal ngaji
yang walupun tidak sampai selesai (khatam) aku tidak pernah bolos, Sungguh
pengalaman indah yang tidak akan pernah terlupakan.
sepenggal kenangan masa kecil itu membuat saya
sekarang sadar, walaupun sederhana,
mimpi-mimpiku tumbuh dari desa itu. Desa yang telah mengajariku tentang arti
kehidupan. Desa yang telah mengajariku nilai-nilai kearifan. Desa yang telah
mengajariku untuk pantang menyerah. Desa sederhana yang penuh inspirasi. Di
situlah tumbuh mimpi-mimpiku bersama kenangan-kenangan indah tak terlupakan.
Tentang anak kecil yang bermimpi besar.
Dulu aku sempat jatuh pesimis ketika orang-orang mengejekku dengan ego mereka. Namun desa itu seperti menyimpan energy yang terus memacu semangatku. karena orang orang terdahulu di desaku adalah petarung petarung sajati, pejuang pejuang tangguh yang sanggup menaklukan ewang nusa ina dan menjinakakkan ganasnya gelombang serta angin timur. “Jangan pedulikan ejekan orang-orang di sekelilingmu. Mereka hanya bisa melihat penampilan luarmu. Mereka tidak tahu apa isi hatimu. Jadi maju terus pantang mundur, Nak. Suatu saat kamu pasti bisa menjadi orang besar bersama dengan mimpi-mimpimu” begitulah sepenggal nasehat dari orang orang hebat di negeriku.
life must go on !
0 komentar:
Post a Comment