Letjen.
TNI (Purn) H. Mashudi atau Kak Mashudi lahir di (lahir di Desa Cibatu,
Garut, Jawa Barat, 11 September 1919 – meninggal di Jakarta, 22 Juni
2005 pada umur 85 tahun). Pada tahun 1960 – 1970 Beliau menjabat
Gubernur Jawa Barat dan merupakan Gubernur ke 7 yang kemudian digantikan
oleh Solihin Gautama Purwanegara.
Kak Mashudi adalah mantan Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka pada tahun 1978-1993. Pada tahun 1974, setelah melepas jabatan sebagai Wakil Ketua MPRS (1967-1972), Beliau diangkat menjadi Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat, yang kemudian pada tahun yang sama dipilih menjadi Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka.
Di tengah masa baktinya sebagai Wakil Ketua Kwarnas, Kak Mashudi ditunjuk menjadi Pjs Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka menggantikan Kak Sarbini hingga tahun 1978. Dalam Munas Gerakan Pramuka di Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada tahun 1978, Kak Mashudi terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka hingga tahun 1983. Pada Munas di Dilli Timor Timur tahun 1988 Kak Mashudi kembali terpilih sebagai Ka Kwarnas hingga masa jabatan 1993.
Kak Mashudi meninggal dunia pada 22 Juni 2005 di Bandung.
Salah satu pandangan Kak Mashudi terhadap Gerakan Pramuka, adalah :
"... selama hampir empat puluh tahun kita berusaha meningkatkan sumber daya manusia agar kita dapat memiliki kader-kader bangsa di semua bidang, namun karena kekhilafan para pimpinan potitik akhirnya bangsa Indonesia kehilangan martabatnya ..."
"Hal ini bukan saja kekhilafan para pimpinan namun juga pengaruh bripada perkembangan di dunia yang lebih menguntungkan Bangsa dan Negara-Negara yang maju dan mendukung liberarisme di segala kehidupan dan menghalalkan tindakan-tindakan demi keuntungannya ..."
"Maka kita Bangsa Indonesia harus kembati menegaskan jatidiri kita dengan menggali kembali idealisme, patriotisme, nasionalisme, persatuan dan kesatuan Bangsa dan dengan disertai percaya diri dan disertai disiplin yang tinggi ..."
"... Menurut hemat saya Gerakan pramuka untuk abad ke 21 jangan ikut-ikut kepada "demokratisasi" yang liberal dan tetap berpegang teguh kepada filsafat Bangsa Indonesia yaitu pancasila secara murni ..."
"-.. Dengan tidak mengurangi penghargaan saya kepada Lord Baden-Powell yang telah membuka jalan bagi perkembangan pramuka di dunia. Pramuka Indonesia, dahulu Pandu Indonesia, selalu mendahulukan para pahlawan Indonesia seperti jiwa dan figur pangeran Diponegoro ditanamkan kepada pandu-pandu Indonesia, dan sejak tahun 1961 kita mencontohkan Panglima Besar sudirman yang betul-betut mempunyai jiwa pandu pramuka yang murni yang terah memberikan tauladan baik dalam kehidupan pribadi, keluarganya maupun pengabdian terhadap bangsa dan Negaranya dengan amanat setiap jengkal tanah air harus tetap dipertahankan dan pantang menyerah ..."
"Dan figur yang perlu ditonjolkan juga adalah pendiri taman siswa Ki Hajar Dewantara dengan prinsip "amongnya" dalam mendidik generasi mendatang ...."
(Makalah Kak Mashudi, "Gerakan Pramuka Menghadapi Abad ke 21 untuk Temu Wicara Mantan Pandu/Pramuka" pada tanggal 22 Februari 2001).
Kak Mashudi adalah mantan Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka pada tahun 1978-1993. Pada tahun 1974, setelah melepas jabatan sebagai Wakil Ketua MPRS (1967-1972), Beliau diangkat menjadi Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat, yang kemudian pada tahun yang sama dipilih menjadi Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka.
Di tengah masa baktinya sebagai Wakil Ketua Kwarnas, Kak Mashudi ditunjuk menjadi Pjs Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka menggantikan Kak Sarbini hingga tahun 1978. Dalam Munas Gerakan Pramuka di Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada tahun 1978, Kak Mashudi terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka hingga tahun 1983. Pada Munas di Dilli Timor Timur tahun 1988 Kak Mashudi kembali terpilih sebagai Ka Kwarnas hingga masa jabatan 1993.
Kak Mashudi meninggal dunia pada 22 Juni 2005 di Bandung.
Salah satu pandangan Kak Mashudi terhadap Gerakan Pramuka, adalah :
"... selama hampir empat puluh tahun kita berusaha meningkatkan sumber daya manusia agar kita dapat memiliki kader-kader bangsa di semua bidang, namun karena kekhilafan para pimpinan potitik akhirnya bangsa Indonesia kehilangan martabatnya ..."
"Hal ini bukan saja kekhilafan para pimpinan namun juga pengaruh bripada perkembangan di dunia yang lebih menguntungkan Bangsa dan Negara-Negara yang maju dan mendukung liberarisme di segala kehidupan dan menghalalkan tindakan-tindakan demi keuntungannya ..."
"Maka kita Bangsa Indonesia harus kembati menegaskan jatidiri kita dengan menggali kembali idealisme, patriotisme, nasionalisme, persatuan dan kesatuan Bangsa dan dengan disertai percaya diri dan disertai disiplin yang tinggi ..."
"... Menurut hemat saya Gerakan pramuka untuk abad ke 21 jangan ikut-ikut kepada "demokratisasi" yang liberal dan tetap berpegang teguh kepada filsafat Bangsa Indonesia yaitu pancasila secara murni ..."
"-.. Dengan tidak mengurangi penghargaan saya kepada Lord Baden-Powell yang telah membuka jalan bagi perkembangan pramuka di dunia. Pramuka Indonesia, dahulu Pandu Indonesia, selalu mendahulukan para pahlawan Indonesia seperti jiwa dan figur pangeran Diponegoro ditanamkan kepada pandu-pandu Indonesia, dan sejak tahun 1961 kita mencontohkan Panglima Besar sudirman yang betul-betut mempunyai jiwa pandu pramuka yang murni yang terah memberikan tauladan baik dalam kehidupan pribadi, keluarganya maupun pengabdian terhadap bangsa dan Negaranya dengan amanat setiap jengkal tanah air harus tetap dipertahankan dan pantang menyerah ..."
"Dan figur yang perlu ditonjolkan juga adalah pendiri taman siswa Ki Hajar Dewantara dengan prinsip "amongnya" dalam mendidik generasi mendatang ...."
(Makalah Kak Mashudi, "Gerakan Pramuka Menghadapi Abad ke 21 untuk Temu Wicara Mantan Pandu/Pramuka" pada tanggal 22 Februari 2001).
Sumber :
Sumber : http://www.ensiklopediapramuka.com
Buku, 40 Tahu Gerakan Pramuka, Kwarnas Gerakan Pramuka, Jakarta 2001
0 komentar:
Post a Comment